Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2021

Berjuang Bersama Tuhanmu | Puisi Maria Asti

Maria Asti | Mahasiswa Semester 8  UKI St. Paulus Ruteng  Malam berselimutkan awan nan gelap  Ditemani semilir angin sepoi nan lembut  Aku duduk terdiam, termangu pada sudut kamarku  Seakan sedang terperangkap dalam rasa,  yang mungkin telah kau abaikan  Namun, rasaku tak terbatas dan tak menuntut  untuk kau balas  Aku cukup mengerti Cara indah untuk mencintaimu,  adalah dengan mendoakanmu menutup mata, menoreh hati penuh pilu  Lalu bersujud pada Tuhanmu,  kelak akan meluluhkan hatimu  Mungkin, kau tersenyum bercampur sinis  atau mencibirku yang telah berjuang sendirian, tapi selalu ada senyum tulus tuk kepedihan ini. kau mesti tahu, aku tak berjuang sendirian,  aku berjuang bersama Tuhanmu .

Pena Matematika | Puisi Jesi Welo

  Jesi Welo | Mahasiswa Semester 8 UKI St. Paulus Ruteng  Tak seindah mentari pagi Yang selalu bersinar memancarkan senyum indah Melainkan... Seperti petir yang bernyala memancarkan Cahaya menakutkan Kepada kami di lingkaran berpenghuni ini ........    Kejenuhan, ketakutan, dengan angka-angka sulit yang ada pada mu seakan sudah tersubstitusi dalam jiwa kami bahkan tak mampu tereliminasikan ...... Kau selalu saja menjadi musuh dan bencana bagi kami Kapan kau menjadi penghibur pilu pikiran kami? Istimewa seperti angka sembilan,  Teduh seperti sahabat di hari-hari kami?

Antologi Puisi | Maria Chey

  PERIHAL Mari kita kenang peristiwa kemarin Tentang Jumpa tanpa rencana Tentang rasa yang diam-diam bertamu Tentang kisah yang tanpa sengaja terkenang Waktu itu, Ketika kita mencuri mimpi Dalam Jubah yang masih harum. ADAM Kau sayati Cinta dengan goresan pengkhianatan Pada janji yang tak mampu kau simpan, merobek Cerita dengan ketidaksetiaan   Dengan sadar kau injak ketulusan, Melumpuhkan kepercayaan yang baru dibangun Kemudian bertingkah seolah tak punya kesalahan   Kau hentikan kerinduan perihal mimpi yang belum tuntas, Bermain bersama api di bawah hujan yang baru pergi Agar tak terlihat bekas percik yang sudah jatuh dihapus basah   Ini Duka bagi sang pencinta, Mematikan seluruh ingin untuk mengulang, Tangis mulai menghujani pipi Bersihkan luka yang sudah berdarah   Adam, Kau tidak akan menatap Setia ini lagi, Tidak untuk memeluknya kembali, Sebab setelah waktu duka ini selesai, Dia benar benar tak akan kembali HAWA Kau peluk kenangan da

Bahaya Kekerasan Psikis Terhadap Perempuan di Media Sosial | Opini Aris Kapu

      Pendahuluan            Di kancah global, problem kekerasan terhadap perempuan menjadi sangat urgen untuk diperhatikan. Negara Indonesia tak luput dari problem kekerasan terhadap perempuan. Ragam kekerasan itu timbul dalam berbagai cara seperti kekerasan fisik dan kekerasan psikis. Di era digital yang mengglobal dewasa ini, tindak kekerasan mendapat modus baru untuk eksis. Modus baru itu sedang melanda di Indonesia. Adapun modus yang lazim muncul beberapa tahun terakhir ini ialah kekerasan psikis-seksual terhadap perempuan di media sosial. Merujuk pada catatan tahunan (CATAHU) Komnas Perempuan 2020, sepanjang tahun 2019 tercatat ada 431.471 kasus kekerasan terhadap perempuan. Angka ini terus meningkat dalam kurun waktu 12 tahun, dengan presentase 792%. Adapun, kekerasan berbasis daring terhadap perempuan lewat platform media sosial juga terus meningkat. Dilaporkan, sepanjang 2019 ada 281 (meningkat dari 97kasus) kasus yang dilaporkan langsung ke Komnas Perempuan, dan bahwa kekera

Human Trafficking di NTT dalam Perspektif Teori Keadilan Komparatif Amartya Sen | Opini Ondik Darman

  Ondik Darman | Mahasiswa STFK Ledalero  Pendahuluan             Sebuah ungkapan terkenal dari Albert Einstein; dunia ini adalah sebuah tempat yang berbahaya untuk didiami, bukan karena orang-orangnya jahat, tetapi karena orang-orangnya tidak peduli. Ungkapan itu muncul sebagai respon kegelisahan atas situasi manusia yang mementingkan dirinya lalu mengabaikan yang lain. Situasi dimana setiap orang berlomba-lomba mengaklamasikan dirinya sebagai subjek dan yang lain diletakannya pada tataran objek. Einstein melalui ungkapannya secara tidak langsung mengarahkan kita kepada suatu horizon kepedulian terhadap yang lain; mereka yang menderita, ditindas, direndahkan harkat dan martabatnya, dikucilkan dari kehidupan sosial, dan yang dinilai tidak berguna dalam masyarakat serta yang menjadi korban praktik human trafficking . Kepedulian itu hadir sebagai pijakan yang amat fundamental akan penghargaan dan penghormatan terhadap harkat dan martabat manusia. Selain itu bisa dibilang sebagai l