JEDA
Suling bambu resah
Kala puing-puing angin melata
Pada hempasan waktu tanpa kompas
Berhenti sesaat
Lama menyangkal
Hingga titik pijak, jeda
Agar aku paham juga sadar
Tentang suara hati
Dan mata kaki yang melangkah
12, 3,19
JUMPA
Bukan parasmu
Benar menikam lara
Keanggunanmu menerma harap
Tak kupaham
Setinggi itu di atas rasa
Dan jumpa di balik mimbar
Tak tertanggal
8, 3, 20
TABOR
Menyebut namamu adalah suatu kebahagiaan
Berada bersamamu adalah suatu ibadah
Tentangmu aku mulai bertanya
Di mana dan ada apa di sana
Tabor
Tempat menabur pertanyaan
Juga menuai jawaban
Di sana ada Dia
Pengada jawab dan tanya
Layakah aku membentang cita-citaku
Pada puncak tabor
Pantaskah aku memeluk mimpi
Bersama pesona tabor
Bapa…basulah aku
Biarkan aku menenun mimpi
Merawat tobat menuju tabor
8, 3, 20
DILEMA
Kutahu itu sebilah pedang
Kupaham arti kata tajam
Tapi, Hasrat penting terus berkoar
Hingga aku pupus terlahap
Ah…kapan aku terlepas
Caraku telah lama kuayun
Gelap itu merajam aku
Setiap saat, setiap desahan nafas
Hatiku muram
Merayu Tuhan
Benarkah ini suatu batas
Tempat aku melangkah dan berhenti
Tempat aku merana dan merapal
Aku siap dirajam
Demi citaku yang sempat terlantar
9, 3, 20.
BISAKAH ENGKAU PERGI
Ijinkan aku memanggil namamu dalam pena ini
Sekedar bertitah agar engkau berpaling kepadaku
Aku ingin kembali mengusap lembaran kusam
Terlampau kuno tapi penuh hajatan romantik
Antara aku dan kamu
Seandainya aku tidak memilih
Tinggal di alam ini
Aku pasti rela berjalan pada kerikil tajam
Karena ada kau di sampingku
Sekarang, aku ada di sini, saat ini juga
Pada tempat yang tidak engkau inginkan
Tapi selalu kudambakan dan aku nyaman di sini
Tempat aku mengikat janji bersama sosok misteri
Tapi mengapa engkau memanggil aku dalam penamu
Suaramu mengehntikan sejenak langkahku
Tidakkah ada nama lain selain diriku
Hanya satu pintaku
“bisakah engkau pergi”
9, 3, 20
SIAL
Kata itu tarlahir sekilas
Tampaknya lugu, diam
Padahal dia berlari
Menuju titik tak berhingga
Ia hanya seorang pribadi
Empat huruf
Berdiri sejajar, membentuk barisan
Hampa dan terus bersuara
Untuk kesekian kalinya insan terucap
Tahukah kita
Sial…
Ucap sekali
Bermakna
Lalu mati, abadi
10. 3, 20
TENTANG DIA
Adaku juga adamu
Menjinjing harapan
Berpetualang menuju hulu
Berdiam di lembah abadi
Tentang aku dan kamu
Kita ada
Alur kisah teruntai
Menikam mimpi
Yang semestinya tiada
Kini ada, penuh tanya
11, 3, 20
CEMAS
Terentang di sela riak tawa
Senada pantonim jenaka
Seirama puisi suaka
Sehebat lirik ceramah
Tak seberapa rasanya
Gemanya menjagat
Secuil saja nampaknya
Auranya melangit
Pulanglah pada hati
Tumpuan rasa penuh daya
Pulanglah,,,
12, 3, 20
SALIB
Di bawah kaki senja
Kutitipkan raut lesuh
Kuletakkan jiwa resah
Demi tenangku
Tetesan darah
Mata bernanah
Kaki dan tangan lunglai
Tubuh disantap angin
Ah,,,
Aku di sini
Badanku terkapar pilu
Aku ingin mengecap batas itu
Hingga aku tak hilang bentuk
13, 3, 20
HENING
Pada ranum Simponi
Ada rahasia rintik rindu
Terucap kepada api
Kepada kayu yang menjadi abu
Perlahan mengendap dalam hampa
Tapi,, engggan kau sembunyikan rona matamu
14, 3, 20
SEJENAK
Berhenti gelisahkan harimu
Hari punya lahan basah dan kering
Hari pun sejenak bercerita
Cerita using dan iseng
Berhenti memburu sedih
Simak kata hati
Biarkan gerimis
Melahap air mata
Di rautmu
15, 3, 20
Bagus ew..
BalasHapusterima kasih banyak. salam
HapusMantap sekali ya👏👏😊😊
BalasHapusterima kasih ef er Denos. salam.
Hapus