Fr. Fergi Darut SVD | Mahasiswa STFK Ledalero Semester III
Selamat pagi, kekasihku. Kabarmu, bagaimana? Semoga cintamu yang
pandai menjelma, pagi, siang dan malam itu, baik-baik saja.
Seperti tahun-tahun lalu, Desember selalu menjadi pulang yang paling
dinantikan. Sekalipun, sebentar dan dalam rupa puisi.
Namun, tidak kurang caraku memelukmu erat.
Desember ini kali, aku hendak menceritakan perihal merayakan HARI IBU
tanpa kehadiranmu di sini.
Rasa-rasanya, segala yang kuperjuangkan tentang Desember, sia-sia
belaka. Sebab, tak ada yang mampu menjadi alasan, keegoisan apa yang membuatku
merasa tersakiti, selain karena mencintai dan merindukanmu dengan sangat.
Kuingat desember-desember yang lalu, menciummu dengan sangat,
diperayaan hari IBU. Sambil membisikan dengan sederhana, selamat hari IBU, sayang. Semoga kehidupanmu selalu
membahagiakan. Selalu ada amin di setiap semoga. Amin-kataku.
Saat itu, aku bersih keras untuk selalu menjadikan setiap desember
sebagai hari pulang yang paling membahagiakan.
~
Perihal desember-desember yang lalu, desember ini kali, aku juga telah
merencanakan segalanya. Perihal merayakan hari ibu dan pulang yang
membahagiakan.
Namun, seakan-akan semua yang kurencanakan sia-sia belaka. Aku tidak
tahu, apa sebabnya. Yang pasti, ada satu dua alasan penting yang membuatmu, aku
dan Desember, bukan pulang yang paling dikenang.
Aku tahu, engkau pasti terluka. Perihal aku dan Desember yang merasa
terluka.
Namun aku yakin, Cintamu yang tak pernah usai akan selalu menghormati
setiap perjalananmu, perjalananku dan Desember yang paling membahagiakan.
Meski pedih rasanya, kuperjuangkan dengan sangat dan dengan lantang
mengucapkan:
SELAMAT HARI IBU, UNTUKMU
SAYANG. Betapa aku mencintaimu
dengan sangat. Semoga, engkau baik-baik saja.
Dipeluk semesta aku selalu mendoakanmu dengan sangat. Dan betapa
selalu merindukan desember-desember yang lalu.
~
Dari Anakmu.
Komentar
Posting Komentar