Ada
banyak masalah sosial yang terjadi di tengah masyarakat kita. Masalah-masalah
sosial itu telah mengganggu dan meresahkan kehidupan masyarakat. Bahkan, ada
banyak anggota masyarakat yang menderita karena masalah-masalah sosial itu.
Masalah-masalah sosial itu di antaranya rasisme, intoleransi, kekerasan
terhadap perempuan, kemiskinan dan yang lainnya.
Ada
banyak cara dan upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah
sosial itu, baik itu cara dan upaya di bidang politik, ekonomi, sosial,
kebudayaan, agama, seni, dan lain-lain. Cara dan upaya yang telah dilakukan itu
telah membawa sejuta perubahan nyata bagi kehidupan masyarakat dengan tingkatan
dan level yang berbeda. Namun, tidak dapat dimungkiri bahwa segala cara dan
upaya itu belum maksimal karena masalah-masalah sosial itu masih eksis di
tengah kehidupan masyarakat dunia pada umumnya dan masyarakat Indonesia pada
khususnya.
Maka,
pada kesempatan ini, penulis akan berusaha mengatasi masalah-masalah sosial itu
dari sisi tilik bidang olahraga, khususnya dari cabang olahraga sepak bola.
Sebab, sepak bola menjadi olahraga yang paling
fenomenal dan paling disukai oleh warga dunia sejak beberapa abad lalu hingga
detik ini. Sepak bola telah menjadi “dewa baru” dalam kehidupan masyarakat
dunia dari kalangan bawah sampai kalangan atas, dari anak-anak sampai kaum
lansia. Bahkan, sepak bola telah menjadi salah satu ladang bisnis yang paling
besar di dunia saat ini.
Namun,
selama ini, ada banyak orang yang menganggap sepak bola sebagai olahraga biasa
tanpa makna. Padahal, sepak bola memiliki nilai-nilai dan makna-makna penting
bagi keberlangsungan hidup manusia, termasuk dalam mengatasi masalah-masalah
sosial yang dialami oleh manusia. Oleh karena itu, melalui tulisan ini, penulis
akan berusaha menguraikan peran sepak bola dalam mengatasi masalah-masalah sosial
di dalam kehidupan masyarakat kita saat ini.
Sekilas tentang Sepak Bola
Banyak
sumber yang menyebut asal muasal atau sejarah sepak bola. Di China, cikal bakal
sepak bola konon dimulai pada zaman Dinasti Han pada abad ke-2 dan ke-3 sebelum
masehi. Lalu, di Jepang dan Italia, sepak bola dimulai pada abad ke-16. Namun,
pada umumnya, kita mengakui bahwa Inggris menjadi negara pertama yang
mengembangkan sepak bola menjadi ‘modern’. Maka, pada tahun 1800-an, sepak bola
makin merambah ke berbagai negara di pelosok dunia seiring kedatangan tentara,
para pedagang, dan pelaut Inggris ke negara-negara lain (Bola.com, 30/11/2020).
Sepak
bola merupakan olahraga yang mempertandingkan dua tim, masing-masing berjumlah
11 pemain, dengan tujuan mencetak gol ke gawang lawan. Tim paling banyak
menjebol gawang lawan akan keluar sebagai pemenang. Setelah pembentukan
Asosiasi Sepak Bola Dunia (FIFA) pada 1904, olahraga ini makin maju dan
digemari. Berbagai kompetisi dan turnamen digelar seiring perbaikan
peraturan-peraturan yang diterapkan dalam pertandingan (Bola.com, 30/11/2020).
Ada
banyak manfaat dari sepak bola. Mantan pelatih Liverpool, salah satu klub sepak
bola di Inggris, Bill Shankly, pernah mengatakan: “Some people believe football is a matter of life and death...it is much,
much more than that ”(Www.pssi.org, 01/06/2015).
Di sini, Shankly menunjukkan kepada kita bahwa sepak bola itu lebih dari hidup
mati para pemain sepak bola. Sepak bola memiliki nilai dan makna yang jauh
lebih dalam dari sekadar permainan. Dia memiliki sumbangsih besar bagi
kehidupan manusia, termasuk dalam memajukan nilai-nilai kemanusiaan dan
pengembangan peradaban. Misalnya, sepak bola melarang para pemain untuk
mengeluarkan kata-kata kasar di dalam dan di luar lapangan untuk membentuk
kebiasaan dan budaya saling menghormati dan menghargai satu sama lain di dalam
dan di luar lapangan.
Selain
itu, dari sisi bisnis, antara tahun 2011-2014, penghasilan FIFA dari setiap
aktivitas sepak bola mencapai sekitar 5,7 miliar dolar AS. Kemudian, pada tahun
2014, dari Piala Dunia, pemasukan untuk FIFA mencapai sekitar 2,4 miliar dolar
AS (Www.pssi.org,
01/06/2015). Semuanya itu dikelola FIFA untuk keberlangsungan sepak bola dunia
dan pelbagai aktivitas kemanusiaan yang diprakarsai oleh FIFA sendiri.
Belajar dari Sepak Bola
Kita
mesti belajar dari sepak bola. Paling tidak, kita belajar untuk mengatasi
masalah-masalah sosial seperti budaya patriarki yang sangat dominatif di
kalangan masyarakat kita, intoleransi dan rasisme yang sering terjadi hingga
saat ini, dan kemiskinan yang masih melilit kehidupan masyarakat kita.
Pertama, budaya patriarki. Selama ini, budaya patriarki sangat
dominan di kalangan masyarakat kita. Ada banyak hal yang boleh dilakukan oleh
laki-laki, tetapi tidak boleh dilakukan oleh perempuan. Akibatnya, masyarakat
kita sering melihat posisi laki-laki lebih superior
dibandingkan posisi perempuan. Hal itu berdampak terhadap sikap, perilaku dan
tindakan laki-laki terhadap perempuan yang cenderung sewenang-wenang.
Maka,
untuk mengatasi persoalan ini, kita mesti belajar dari sepak bola. Sebab, di
dalam sepak bola, khususnya di Eropa dan Amerika saat ini, kaum hawa boleh
terlibat, bahkan menjadi bagian penting dari sepak bola. Para pengurus sepak
bola di sana mengadakan pertandingan sepak bola perempuan, sehingga sepak bola
perempuan ini merambah ke seluruh dunia hingga saat ini. Di samping itu, mereka
juga mempercayakan perempuan untuk menjadi wasit utama atau hakim garis di
dalam pertandingan sepak bola pria. Kemudian, respon terhadap wasit atau hakim
garis perempuan pun sangat baik. Para pemain sepak bola pria sangat menghargai
wasit, termasuk wasit atau hakim garis perempuan. Mereka tidak melakukan tindakan
kekerasan terhadap wasit, termasuk wasit atau hakim garis perempuan.
Dalam
hal ini, sepak bola turut membentuk peradabaan yang layak dan pantas antara
perempuan dan laki-laki. Artinya, perempuan dan laki-laki tidak diposisikan
secara vertikal, tetapi diposisikan secara horizontal. Perempuan dan laki-laki
tidak berbeda dalam kodrat dan derajat kemanusiaan, tetapi sama. Oleh karena
itu, antara laki-laki dan perempuan, sikap saling menghargai dan menghormati
itu sangat penting, tanpa memposisikan perempuan dan laki-laki secara berbeda.
Kedua, intoleransi. Selama ini,
persoalan intoleransi sering terjadi di tengah masyarakat kita. Ada banyak
orang yang saling membenci karena perbedaan agama. Bahkan, kebencian itu
berujung pada aksi-aksi kekerasan, pembakaran rumah ibadat dan pembunuhan
umat-umat agama lain.
Maka,
untuk mengatasi persoalan ini, kita mesti belajar dari sepak bola. Sebab, dalam
sepak bola, perbedaan agama dari para pemain tidak menjadi persoalan bagi para
pemain, tim-tim sepak bola, dan para pengurus sepak bola di berbagai negara.
Mereka sangat menghargai dan menghormati kepercayaan atau iman dari rekan-rekan
setim dan semua orang yang terlibat dalam aktivitas sepak bola.
Dalam
hal ini, sepak bola menunjukkan cara hidup beragama yang baik dan benar.
Bahwasannya, sebagai umat beragama, kita mestinya saling menghormati dan
menghargai iman atau kepercayaan dari sesama kita. Sebab, kita beriman dan
percaya kepada Allah yang sama, walaupun diungkapkan dengan cara yang berbeda.
Ketiga, rasisme. Selama ini, rasisme
sering terjadi di tengah masyarakat kita. Ada banyak orang yang tidak
menghormati dan menghargai perbedaan ras satu sama lain. Bentuk konkret dari
hal semacam itu tampak dalam genosida, bullying,
penolakan terhadap orang yang memiliki warna kulit berbeda, dan yang lainnya.
Maka,
untuk mengatasi persoalan ini, kita mesti belajar dari sepak bola. Sebab, dalam
sepak bola, rasisme itu ditolak. Para pemain, tim-tim sepak bola, maupun
federasi-federasi sepak bola di berbagai negara bersikap tegas terhadap
rasisme. Mereka sangat benci rasisme. Bila terjadi rasisme di dalam
pertandingan, pertandingan itu akan dibatalkan atau diberhentikan. Kemudian,
pihak yang melakukan tindakan rasis akan menerima sanksi yang setimpal dengan
perbuatannya.
Dalam
hal ini, sepak bola menunjukkan sikap tegas untuk menolak hal-hal yang tidak
baik di dalam kehidupan kita sebagai manusia. Bahwasannya, hal-hal yang tidak
baik seperti rasisme itu tidak pantas dan layak ada di dalam hidup kita sebagai
manusia yang bermartabat. Oleh karena itu, kita hendaknya saling menghormati
dan menghargai satu sama lain, apapun bentuk dan model ras kita.
Keempat, kemiskinan. Persoalan
kemiskinan masih melilit kehidupan masyarakat kita. Selain disebabkan oleh
struktur sosial yang tidak adil, kemiskinan juga disebabkan oleh sikap malas
dan mental instan dari masyarakat kita. Akibatnya, ada banyak masyarakat kita
yang hidup tidak layak di bawah garis kemiskinan.
Maka,
untuk mengatasi persoalan ini, kita mesti belajar dari sepak bola. Sebab, dalam
sepak bola, para pemain sepak bola sangat disiplin dalam menjalani kehidupan
mereka. Mereka bekerja keras dan berlatih dengan tekun. Alhasil, sepak bola
mampu melahirkan nama-nama besar seperti Cristiano Ronaldo, Lionel Messi, Pele,
Diego Maradona, Ronaldo Nazario, dan lain-lain.
Cristiano
Ronaldo sendiri pernah berkata: “Bumbu utama untuk menjadi pesepak bola hebat
ialah bakat. Tanpa itu, Anda tidak akan bisa berbuat banyak. Namun, bakat tidak
akan berguna tanpa kerja keras. Tidak ada sesuatu yang jatuh dari langit. Saya
tidak akan meraih semua ini tanpa kerja keras (Sindonews.com, 30/10/2019).” Pada titik ini, Ronaldo menunjukkan
kepada kita bahwa kerja keras itu sangat penting untuk mencapai kesuksesan
dalam hidup. Sebab, Ronaldo yang secara historis adalah anak orang miskin di
Madeira-Portugal, mampu menjadi orang hebat dan sukses karena kerja keras dan
disiplin dalam menjalani hidup. Oleh karena itu, kerja keras Ronaldo menjadi
contoh konkret bagi kita saat ini. Bahwasannya, kita mesti disiplin dan bekerja
keras dalam menjalankan kehidupan supaya bisa sukses.
Akhirnya,
penulis berharap agar sepak bola dapat menginspirasi kita semua untuk mengatasi
persoalan hidup kita sehari-hari dengan baik. Sebab, sepak bola lebih dari
sekadar olahraga. Salam olahraga!!!
Komentar
Posting Komentar