Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2021

EGO || Puisi Ell Wiwin

sumber: hipwe.com EGO Darah panas meluapkan amarah Ego dapat meremukkan tulang Suara hati menjerit lepas kendali Adakah yang bisa mengenal hatiku?   Kekeringan iman menjadikan orang kesepian Sungai yang berdesir mencoba membasuh diri Siapa yang dapat menepis debu setelah melekat?   Tangisan menjadi hobi baru Rintikan air mata menetes menjadi tak bermakna Ketika waktunya tiba air mata menjadi dingin Hambar rasa dan tawar hati   Kehangatan cinta terlalu jauh untuk dirangkul Memeluk jiwa dalam kerinduan yang tak terelakkan Panas dingin berdesir mengisi hati yang pilu Masihkan Engkau di sana menungguku?   Memelihara cinta di dasar hati dapat mengharumkan jiwa Namun cinta siapa yang masih bisa berakar? Keegoisan mengembangkan cinta yang fana Menaburkan duri di hati orang lain dan memuja diri   Kebaikan dan kesucian bagaikan buruan di tengah hiruk pikuk dunia Menjadikan penglihatan dan pendengaran tajam Setiap orang membawa batu timbangan

Antologi Puisi || Herlin Nadut

Hampa Menua Tak ada suara yg menyahut d i langit Hampa menua terasa dijiwa Semuanya piluh penuh membisu   Tak tenang rindu mengalun Mengokohkan hening dalam kesendirian   Aku yang adalah jiwa penyendiri Merebahkan tubuhku pada bahu pilu Menyandarkan kehampaanku pada langit berlapis gelap Karena dalam kesendirianku tak ada yang menemani   Kini malamku hanya mengokohkan hening Tanpa runding yang merundingnya Semuanya kosong tanpa sua Tanpa saling mendekat yang menjauh (Bent e ng, 18 April 2021)   Sahabat Malam   Kembali ku bergurau pada malam merajut bersamanya dalam gubatan nuansa melodi hening Merapal disetiap Kata dalam nama rindu Yang akan menjadi teman untuk bersemi   Aku yang adalah teman sejatinya si malam Berbincang menukar logika kami lewat rembulan yang menyinar canda kami Senyum bahagia menopang gurau kami   Langit yang adalah menjadi Saksi gurau aku dan malam Memanjakan daku dalam dekapannya Menepis syair -syair r

Wanita Terluka || Puisi Yohanes Rudin

sumber gambar: cikimm. com   Dalam kesunyian dan kebisuan nestapa seorang wanita tua menangis sedih dan pedih. Ia menangis bukan karena merasa galau, Bukan pula karena diejek kaum asing Dia menangis karena hatinya terluka Terluka oleh tusukan pisau kekuasaan anaknya yang terlahir dari dalam rahimnya sendiri. Hatinya terluka parah karena ulah tak bertanggung jawab anaknya yang memegang kekuasaan. **** Hati wanita tua itu sudah terluka Ia meratapi lukanya dalam kebisuaan tak berdaya. Tak ada insan yang mempedulikannya Kini air matanya terus menetes di pipinya yang kian hari kian keriput. Tubuhnya tak sanggup berdiri dengan tegak Kaki penyanggah sudah pada rapuh dan keropos. Hidup terombang ambing bagai perahu cadik diterpa taupan ganas Kulit pembalut tubuhnya kian hari kian menipis terbakar panas sinar matahari. Pohon bermahkota hijau tempat berlindung kini berguguran satu per satu ditimpa bencana. Rambutnya yang kusam semakin rapuh dan rontok tak terb

Kurban || Puisi Maria Chey

  Di atas altar-Nya, Kau suguhkan doa paling mulia Kepada yang menjadikanmu ada Teruntuk yang buatmu mencinta   Darasan harapan kau nyanyikan, Meminta restu untuk doa yang terucap Sambil mencampur anggur dan air dalam bejana Kau selip sebuah nama serta di dalamnya   Kau pecahkan santapan kurban Mengenang kisah sengsara Sang Pencinta Tak sengaja tangis pecah tanpa suara Saat rapuh menyadarkan rasa Perihal setia yang belum benar kau jalani   Altar itu menjadi saksi dalam diam, Kau bergulat melawan ingin dan cita Sadar akan kelemahan Tentang rasa yang kau peluk dalam jubahmu   Rasa itu, Rasa yang sempat membuatmu berpikir apa kau tinggalkan Dia yang kau ikut mati-matian, Atau engkau melupakan segala apa yang sudah melekat dalam setiap   sepimu   Kau bergulat. Di depan altar itu, Bersama Kurban yang kau peluk setiap waktu.