Fr. Randy Laja, berasal dari Paroki Katedral Ruteng |
/01/
Kepala Keluarga
Perempuan itu
Baru-baru ini berumur dua
puluh empat tahun
Mengenang genggaman terakhir
bapaknya
Yang pergi di antara kokoh
tiang cinta ibunya
Dan tegak harapan mereka
Sejak menelan pedih mengunyah duka
Telah menjadi kepala keluarga
Seorang pegawai koperasi
Dengan gaji yang mengelus dada
Seorang pekerja yang gelisah
Menanti sebulan enam ratus ribu dari kartu prakerja
Setiap hari memberi pungung dibakar garang matahari
Agar kompor sekolah adik-adiknya tetap menyala
Tuhan,
Apakah menipu untuk sesuatu yang baik
Adalah sebuah dosa?
Perempuan itu
Baru-baru ini berumur dua
puluh empat tahun
Mengenang genggaman terakhir
bapaknya
Dalam sebuah cerita whatssup
dini hari pukul sekian.
“Terima kasih, menjadi seorang diri ketika menyaksikan
kau pergi menghadap Tuhan.”
Adik tiba-tiba menangis
Menahan
getir setelah membaca cerita whatssup kakaknya.
(2022).
Cara Lain Mengartikan
Mengartikan benci sebagai
tiadanya cinta
tidaklah sama dengan
menyatakan bahwa benci tidak ada
Mengartikan dingin sebagai
tiadanya peluk
tidaklah sama dengan
menyatakan bahwa dingin tidak ada
Mengartikan kau sebagai
tiadanya aku di dalam hatimu
tidaklah sama dengan
menyatakan bahwa kau tidak lengkap
Benci, peluk, dan kau tetap ada
tetapi adanya bukan sebagai tiadanya
sesuatu
melainkan hilangnya sesuatu.
Sebagaimana gelap ada karena
hilangnya terang
benci ada karena hilangnya
cinta
dingin ada karena hilangnya
peluk
maka ketidaklengkapanmu ada
karena hilangnya aku.
(2022).
Mau Kau Jadi Ibuku?
Aku mencintaimu sambil
Mengenang ibu di dapur
Dan baskom cucian yang meluap
kotor pakaian
Di tengah deras hujan kota
kita.
Mancubit pipimu menemukan aku
pada pipi ibu
Yang tidak pernah jadi tempat
singgah air mata
Ketika aku besar, berlayar ke
sekolah, membawa getir rindu
Dan pegal kehilangan dipunggung.
Sedang mengenang tanganmu dan memandang senyummu
Mengembalikan aku kepada dua
puluh tahun lalu,
Di mana ibu melatih aku
Langkah
Dan tersenyum ketika aku jatuh.
Mau kau jadi ibuku?
(2020).
Kapan Kita Bangun?
apakah yang kita lakukan setiap bangun tidur?
Mematikan alarm dengan ketukan tangan pada layar telepon,
lalu berbaring sebentar dengan mata yang berat terbuka,
kemudian memikirkan apa saja yang mesti dilakukan sebelum
berangkat kuliah.
Namun ada yang tidak pernah dilupakan:
Tentang kita yang tak pernah benar-benar tidur di dalam
layar telepon.
Apakah yang kita lakukan? Di dalamnya kita tidak pernah
tidur, namun dengan
Mimpi yang panjang kita tak pernah terbangun. Setiap pagi
terbangun, mimpi
jadi bertambah, penuh
notifikasi, mata makin menganga.
Apakah yang kita lakukan
setiap bangun tidur?
Kita yang tak pernah tidur itu
tak sedekitpun bertanya kapan kita
Betul-betul bangun. Selamat
pagi.
(Ledalero, 23/11/22)
Komentar
Posting Komentar